Ujung Puncak Keempat Berpontesi Muncul Saat “Pilpres 2024”

Di tengah panasnya akan persaingan tiga calon akademis memperkiran besarnya pontesi, kemunculan capres keempat.

Rektor Universitas peramadina Didik J. Rachbini menganggap, ada kecendrungan kuat partai – partai besar lalu, seperti Golkar dan PAN membentuk poros sendiri untuk mengusung calon presiden.

Ketimbangan mengekor dengan partai – partai yang telah akan mengusung calon Presiden sendiri, seperti PDIP – PPP yang akan telah mengusung Ganjar Pranowo yang sebagai capres, NasDem- Demokrat – PKS mengusung Anies Baswedan, dan Gerindra – PKB mengusung Prabowo Subianto.

Didik meniai, jika dua partai yang masih stabil itu terus mengekor saja hingga 2024, maka tidak akan mendapat tambahan suara, kecuali dapat jatah menteri kemudian hari.

Jika Golkar mengusung Airlangga Harnarto akan sebagai calon presiden, Didik berpendapat dinamika pertainya akan hidup selama pilpres 2024.

Dari pada mengusung kader partai lain, wakil dari kader PAN bisa bergabung dengan golkar.

Golkar dan PAN tidak akan kehilangan kesempatan berpikiran pada putaran kedua ini, jadi inisiatif poros keempat yang bisa dikatakan rasional dilihat dari akan kepertingan partai – partai yang terus bersaing satu sama lain,” ujuar Didik.

Salah satu topik yang yang dibicarkan menuju pemilihan adalah biaya kampanye, apalagi untuk merebut tahta kepresidenan, wakil ketua dewan perwakilan RI periode 2014 – 2029 fahri mendapatkan posisi ini.

Itu permainannya gitu, tentu ada orang – orang kaya yang merem saja dia nggak perlu ke dapilnya, dia cuma kirim truk logistik, dia kirim uang , dia kirim segala macam, dan orang ini di DPR nggak pernah berbicara,” unjarnya.

Wakil ketua umum partai gelombang rakyat indonesia itu menilai hal tersebut, merupakan peringatan bagi pemilu tanah air ada lagi politik gagasan, melainkan politik logistik.

Baca Juga : Adu Capres Kuat Pontesial “Pilpres2024”

Tapi kalau pilpres lebih gila menurut saya, di indonesia ini kalau orang tidak punya uang Rp 5 triliun, nggak bisa nyapres dia, sadar atau tidak,” kata Fahri.

Ada calon gebenur yang menandatangani pinjaman di belakang layar puluhan miliar bahkan saya dengar sampai, akan ratusan miliar untuk satu kepala daerah.

Dan itu kalau nggak uang ya uang yang dikumpulkan dari orang – orang yang di belakang nanti akan ada hubungan dengan power dan polisi yang akan dibuat oleh negara dan pemerintah,” unjar Fahri.

NasDem Dan Demokrat, PKS.

Jika berkoalisi, ketiga partai ini sudah punya bakal calon presiden yang diusung.

Calon potensial tersebut pun kerap muncul di survei, partai NasDem baru saja melanggar Rekarnas telah menetapkan tiga nama sebagai bakal capres, mereka adalah gebenur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Qodari, bisa jadi Anies Baswedan.

Pontensi koalisi ini dianalisis koalisi direktur eksekutif indo baromaeter M Qodari, dia yakin ketiga partai ini membentuk koalisi yang dianamakan koalisi gondangdia, capresnya, ujar Qodari, bisa jadi Anies Baswedan.

Menurut saya, per hari ini memang pontesia NasDem diusung oleh 32 provinsi, lebih banyak dibandingkan nama yang lain, kedua Anies adalah deklator ormas Nasional Demokrat, cikal bakal partai NasDem, sehingga ada historical atau kesejatahan,” unjar Qodari.

Namun, kenyataannya, sistem presidensial kita mirip dengan parlementer, Presiden sebagai kepala pemerintah membagi kekuasaan dengan parpol penduduknya.

Sistem Presidensial yang akan memberikan kekuasaan besar dan jabatan yang begitu banyak kepresiden kadang menimbulkan pernyataan presiden.

Dinamika politik 2022 terbilang cukup panas, diawali dengan cara menambah masa jabatan presiden jokowi.


Leave a comment